Press Release

IFC Dukung Dekarbonisasi Sektor Baja Indonesia melalui Investasi di Gunung Raja Paksi

September 6, 2024

GRP_IFC_Sign Ceremony 10 - Copy.jpg

Chief Transformation Officer GRP Kelvin Fu (ketiga dari kiri) dan IFC Country Manager untuk Indonesia dan Timor-Leste Euan Marshall (keempat dari kiri) dalam upacara penandatanganan yang diselenggarakan di Indonesia International Sustainability Forum. 


Jakarta, Indonesia, 6 September 2024 – Dalam upaya mendorong dekarbonisasi industri baja di Indonesia, IFC hari ini mengumumkan pemberian pendanaan kepada PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terbesar di Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk meningkatkan produksi baja rendah karbon, mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), dan mendukung pencapaian target iklim Indonesia.

IFC, anggota dari Grup Bank Dunia dan lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang, menyediakan pinjaman setara dengan US$60 juta kepada GRP. Dana ini akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi baja lembaran rendah karbon menggunakan teknologi Tanur Busur Listrik atau Electric Arc Furnace (EAF). Teknologi ini memungkinkan GRP mendaur ulang berbagai jenis besi tua untuk menghasilkan baja berkualitas tinggi dengan emisi yang jauh lebih rendah, mengurangi emisi lebih dari setengah rata-rata global untuk produksi baja. Kerja sama ini juga diharapkan dapat membantu Indonesia memenuhi permintaan baja yang terus meningkat dan mengurangi ketergantungan pada impor baja beremisi tinggi.

Baja merupakan bahan bangunan yang berperan penting dalam pembangunan infrastruktur global dan urbanisasi. Namun, sektor ini juga menyumbang sekitar delapan persen dari total emisi gas rumah kaca global. Dengan permintaan baja global yang diperkirakan akan melebihi dua miliar ton pada tahun 2040, yang sebagian besar didorong oleh pertumbuhan di Asia, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan pendekatan inovatif yang mampu mengurangi jejak karbon dari sektor ini.

"Melalui kerja sama dengan IFC, GRP akan terus menetapkan standar baru dalam upaya dekarbonisasi produksi baja di Asia," ujar Kimin Tanoto, Ketua Komite Eksekutif GRP. "Investasi ini, yang merupakan yang pertama dalam satu generasi, menegaskan peran GRP sebagai salah satu pelopor operator pabrik baja rendah karbon di Asia. Industri baja sangat penting bagi kemakmuran Asia dan dunia, namun secara ilmiah, sudah jelas bahwa kita harus segera beralih ke dekarbonisasi untuk mempertahankan dan menumbuhkan kemakmuran yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Jika perusahaan baja tidak siap melakukan transisi hijau, aset mereka berisiko menjadi terlantar. Keberlanjutan adalah dan akan selalu menjadi panduan GRP ke depannya."

Selain pinjaman ini, IFC juga telah menandatangani Advisory Engagement Letter dengan GRP untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya GRP mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional. Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan GRP menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru. Sebagai bagian dari kerja sama ini, IFC juga akan membantu GRP mengidentifikasi peluang pasar baru dan mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai dengan ketentuan produksi EAF, memperkuat posisi GRP sebagai pemimpin dalam upaya dekarbonisasi nasional. Langkah ini juga akan mendukung Indonesia dalam mencapai target Nol Emisi Karbon pada tahun 2060.

"Kerja sama dengan GRP merupakan langkah penting dalam komitmen kami untuk mendukung dekarbonisasi industri baja di Indonesia, dan menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade terakhir," ujar Euan Marshall, Country Manager IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste. "Kami sangat senang dapat memberikan dukungan investasi dan konsultasi untuk membantu GRP mengembangkan bisnis yang berkelanjutan baik secara komersial maupun lingkungan."

Indonesia adalah salah satu produsen baja terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat kelima belas di dunia. Pada tahun 2021, Indonesia juga mengimpor sekitar 6,6 juta ton baja, yang sebagian besar di antaranya diproduksi dengan menggunakan Blast Furnace yang menghasilkan emisi karbon tinggi. Produksi baja tahunan di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 16 juta ton pada tahun 2023 menjadi 33-35 juta ton pada tahun 2030, didorong oleh meningkatnya permintaan dari sektor infrastruktur, perumahan, dan otomotif. Oleh karena itu, upaya untuk mendekarbonisasi sektor ini menjadi sangat penting untuk mencapai masa depan yang rendah karbon.

Tentang IFC
IFC—anggota dari Grup Bank Dunia—adalah lembaga pembangunan global terbesar dengan fokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Kami bekerja di lebih dari 100 negara, menggunakan modal, keahlian, dan pengaruh kami untuk menciptakan pasar dan peluang di negara berkembang. Pada tahun fiskal 2024, IFC memberikan komitmen sebesar US$56 miliar kepada perusahaan swasta dan lembaga keuangan di negara berkembang, memanfaatkan solusi dari sektor swasta dan menggerakan modal swasta untuk menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan di planet yang layak huni. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org

Tetap terhubung dengan IFC di media sosial

 

Tentang GRP
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) adalah anggota dari Gunung Steel Group, salah satu perusahaan baja swasta terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1970 di Medan, Sumatera Utara, perusahaan kami memulai bisnis dengan memproduksi baja panas, secara bertahap memproduksi balok dan lembaran baja. Pada tahun 1991, PT Gunung Naga Mas berubah menjadi PT Gunung Raja Paksi (GRP). GRP berlokasi di Cikarang Barat, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, dengan luas area lebih dari 200 hektar.

Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun di industri baja, GRP memiliki kapasitas produksi 1.300.000 ton baja rendah karbon dan berkualitas tinggi setiap tahun-nya yang disertifikasi oleh organisasi sertifikasi lokal maupun internasional. Pekerjaan GRP sejalan dengan standar internasional seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), Global Reporting Initiative (GRI), dan Prinsip-prinsip ResponsibleSteel.

Pembiayaan baru dari IFC akan digunakan untuk meningkatkan tungku listrik GRP agar dapat mengurangi kehilangan panas, serta untuk mendanai belanja modal, perluasan kapasitas hilir, efisiensi biaya dan langkah-langkah peningkatan produktivitas pada infrastruktur yang ada dan pengelolaan inventaris barang bekas.

GRP didukung oleh tenaga kerja yang berdedikasi dan nilai-nilai perusahaan yang kuat. Perusahaan ini meluncurkan Buku Panduan Strategi ESG pada Oktober 2022 untuk memandu strategi bisnis perusahaan, dan diikuti dengan Net Zero Roadmap pada Februari 2023.


Contacts

Tyagita Silka
Di Jakarta, IFC
+62 815 19419539