Jakarta, 18 Agustus 2021—Dengan tujuan untuk membangun ketahanan bagi masyarakat, bisnis, dan negara, IFC meningkatkan upayanya secara signifikan dalam mengatasi krisis ganda perubahan iklim dan pandemi COVID-19 di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) pada tahun fiskal terakhir.
Terlepas dari tantangan pandemi global yang belum pernah dihadapi sebelumnya, FY21 mencatat nilai komitmen IFC di kawasan EAP sebesar US$3,8 miliar, termasuk US$2,8 miliar dalam pembiayaan jangka panjang dari rekening IFC sendiri, dan memobilisasi US$956 juta dari investor luar. Selain itu, IFC menyediakan US$1,5 miliar pembiayaan jangka pendek di kawasan EAP untuk memfasilitasi arus perdagangan.
IFC telah menyalurkan US$1,9 miliar sebagai upaya penanganan COVID-19 sejak awal terjadinya krisis kesehatan ini di kawasan EAP. Transaksi pertama di bawah Platform Kesehatan Global IFC senilai US$4 miliar dilakukan di kawasan EAP untuk mengatasi kekurangan pasokan medis di negara-negara berkembang, dan US$3 miliar disalurkan untuk mendukung lembaga keuangan di kawasan tersebut yang melayani usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM, yang terdampak oleh pandemi secara tidak proporsional, merupakan bagian besar dari bisnis yang ada di kawasan EAP dan secara kolektif merupakan pemberi lapangan kerja terbesar di kawasan tersebut.
Dua puluh enam persen proyek, senilai US$744 juta pembiayaan jangka panjang, berfokus pada penanganan perubahan iklim dan krisis sampah plastik laut. Meskipun EAP menyumbang 30 persen dari PDB global dan merupakan rumah bagi 30 persen populasi dunia, kawasan ini bertanggung jawab atas 60 persen emisi gas rumah kaca dunia dengan beberapa negara merupakan penyumbang sampah plastik laut terbesar.
Seraya merilis angka akhir tahun, IFC juga mengumumkan penunjukan Kim-See Lim sebagai Direktur Regional baru untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Lim, seorang warga negara Malaysia, akan memimpin operasi investasi dan konsultasi di 18 negara dan mengawasi strategi IFC di kawasan tersebut.
"Mengingat dampak yang merugikan dari pandemi global, IFC akan terus fokus mendorong sektor swasta untuk mempercepat pemulihan yang hijau, tangguh, dan inklusif di kawasan Asia Timur dan Pasifik," ungkap Lim. "Sejalan dengan Rencana Aksi Perubahan Iklim baru dari Grup Bank Dunia, sebuah peta jalan cerdas-iklim akan sangat penting dalam mencapai tujuan penciptaan lapangan kerja dan kemakmuran bersama di kawasan ini. Membangun kembali dengan lebih baik adalah satu-satunya cara untuk memacu pemulihan dari krisis ini sambil memprioritaskan energi terbarukan, efisiensi energi, obligasi berwawasan lingkungan (green bond) dan kelautan (blue bond), serta kota pintar."
Menanggapi kebutuhan mendesak kawasan EAP untuk mengatasi perubahan iklim, IFC melalukan serangkaian transaksi penting di tahun fiskal terakhirnya termasuk berinvestasi dalam blue bond pertamanya. Selain itu, IFC berperan sebagai perintis dalam mengembangkan pasar modal untuk pembiayaan biru (blue financing), dengan pedoman bagi perusahaan yang ingin menjadi ramah laut ("go-blue"). IFC mengatur pinjaman biru (blue loan) senilai US$300 juta untuk Indorama Ventures, produsen resin PET terbesar di dunia, untuk mendukung proyek daur ulang botol PET; pinjaman hijau (green loan) hingga US$143 juta untuk Asset World Corporation, pemain perhotelan terbesar di Thailand, untuk membiayai proyek ramah lingkungan baru dan mendekarbonisasi hotel; dan paket pembiayaan senilai US$57 juta untuk mendukung pengembangan dua proyek pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas gabungan 54,2MW untuk Perusahaan Saham Gabungan Thuan Binh Wind Power di Vietnam.
"Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, IFC terus memainkan peran penting dalam mendorong sektor swasta untuk memobilisasi modal jangka panjang untuk infrastruktur, menyediakan pembiayaan hijau, biru, sosial dan berkelanjutan, menarik investasi lintas batas, dan mendorong pertumbuhan yang disertai dengan inovasi untuk mempercepat pemulihan di kawasan Asia Timur dan Pasifik," ucap Alfonso Garcia Mora, Wakil Presiden Asia & Pasifik, IFC. "Dengan Kim-See Lim sebagai direktur regional baru kami, IFC akan secara tepat memfokuskan dukungannya untuk memastikan kawasan ini mampu membangun ketahanannya tidak hanya terhadap dampak dari tantangan yang dialami saat ini, tetapi juga terhadap tantangan lainnya di masa depan."
Lim merupakan pakar investasi global dengan pengalaman 26 tahun dan telah memimpin berbagai tim dalam pelaksanaan dan pengelolaan investasi utang dan ekuitas di Afrika, Asia, Eropa Timur, dan Amerika Latin. Karir globalnya di bidang keuangan pembangunan telah membawanya ke lebih dari 30 negara, termasuk di pasar negara perbatasan (frontier market) seperti Belarus, Republik Demokratik Kongo, Republik Dominika, Kenya, Mozambik, Myanmar, dan Rwanda, di antara banyak negara lainnya.
Beliau menggantikan Vivek Pathak, yang kini telah memiliki peran baru sebagai Direktur dan Kepala Global untuk Bisnis Iklim, yang berbasis di Washington, D.C.
Tentang IFC
IFC—anggota Kelompok Bank Dunia—merupakan lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Kami bekerja di lebih dari 100 negara, dengan memanfaatkan modal, keahlian, dan pengaruh kami untuk menciptakan pasar dan peluang di negara berkembang. Pada tahun fiskal 2020, kami menginvestasikan US$22 miliar pada perusahaan swasta dan lembaga keuangan di negara berkembang, memanfaatkan kekuatan sektor swasta untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kemakmuran bersama. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org.
Tetap Terhubung
www.ifc.org/eastasia
www.twitter.com/IFC_EAP
www.youtube.com/IFCvideocasts
www.ifc.org/SocialMediaIndex
www.instagram.com\ifc_org
www.facebook.com/IFCeap
www.facebook.com/IFCwbg
Sign up to have customizable news & updates sent to you.