Press Release

Arsitek Indonesia Menjalankan Praktik Perancangan Bangunan Hijau Untuk Melawan Dampak Dari Pesatnya Urbanisasi

Agustus 12, 2021

Indonesia-Edge-PR.jpg
Jakarta, 12 Agustus 2021 — Arsitek-arsitek Indonesia berusaha meningkatkan penerapan praktik perancangan bangunan hijau sebagai bagian dari upaya mengurangi dampak lingkungan akibat urbanisasi yang berkembang pesat di negara berpenduduk terpadat keempat di dunia.

Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta telah bermitra dengan IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, untuk menyelenggarakan serangkaian webinar dalam rangka mempromosikan perancangan bangunan yang lebih ramah iklim, termasuk di dalamnya penggunaan komponen hemat energi dan air. Langkah tersebut dilakukan di tengah ekspektasi bahwa negara berkembang seperti Indonesia akan terus mengalami peningkatan permintaan di sektor bangunan, terutama seiring dengan pemulihan ekonomi pasca dampak pandemi COVID-19.

"Kami merasa sangat terhormat mendapatkan dukungan dan komitmen dari asosiasi-asosiasi ini untuk mempromosikan pembangunan bangunan hijau di Indonesia," ucap Azam Khan, Country Manager Indonesia, Malaysia dan Timor-Leste, IFC. "Dengan mengakui dan menjalankan proses sertifikasi EDGE, mereka mengukuhkan posisi sebagai pemimpin sektor bangunan di Indonesia dan bergabung dengan IFC dalam mendukung masa depan yang berkelanjutan dan memperbanyak jalur pembangunan rendah karbon."

Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Industri bangunan bertanggung jawab atas 40% penggunaan energi dunia dan 25% penggunaan air, memberikan dampak kesehatan masyarakat yang cukup besar sejalan dengan dunia yang terus menghadapi ancaman besar dari bahaya perubahan iklim. Penggunaan praktik perancangan bangunan hijau dan penerapan skema sertifikasi seperti EDGE, bersama dengan pembiayaan hijau, dipandang sebagai pilihan yang layak untuk membantu mengurangi dan bahkan melawan dampak negatif bagi lingkungan.

Meski lebih dari 180 proyek dan sekitar 6,1 juta meter persegi lahan konstruksi di Indonesia telah disertifikasi hijau, persentase ini masih sangat kecil dibandingkan dengan banyaknya jumlah bangunan baru. Lebih dari 50% pembangunan itu terjadi di ibu kota Jakarta.

"Pembangunan berbasis keberlanjutan telah menjadi norma baru dalam arsitektur di tengah meningkatnya permintaan akan bangunan hemat energi dan air," kata Ahmad Saifudin Mutaqi, Ketua IAI Daerah Istimewa Yogyakarta. "Sertifikasi EDGE memainkan peran penting dalam membantu Arsitek mengubah praktik-praktik pembangunan, meski demikian masih banyak yang harus kami lakukan, itulah sebabnya rangkaian lokakarya ini akan menjadi sangat penting dalam membantu para Arsitek memahami lebih dalam tentang perancangan bangunan hijau."

IFC meluncurkan program bangunan hijau di Indonesia pada tahun2011, membantu menetapkan landasan pada pembuatan peraturan bangunan hijau di Jakarta, Bandung dan Semarang, mengkatalisasi pasar melalui pembiayaan bangunan hijau, meningkatkan edukasi dan kesadaran akan bangunan hijau, serta mempromosikan sistem sertifikasi bangunan hijau milik IFC yang dikenal sebagai EDGE. Di Indonesia, IFC juga bermitra dengan Green Building Council Indonesia sebagai partner lokalnya dalam pelaksanaan sistem sertifikasi EDGE.

"Kami menerapkan konsep bangunan hijau untuk menawarkan produk yang dapat membantu klien kami menghemat biaya operasional dan efisien dalam pemakaian energi. Kami juga percaya bahwa keberhasilan kami dalam menerapkan konsep tersebut dapat menginspirasi perusahaan lain untuk turut menggunakan prinsip pembangunan gedung hijau," kata Sugiarto, Ketua IAI Jawa Tengah.

Sebagai sertifikasi bangunan hijau global, EDGE berfokus pada pengurangan konsumsi energi dan air secara strategis serta penggunaan material dengan kandungan energi yang rendah (low embodied energy). Hingga saat ini, EDGE telah mensertifikasi 1,4 juta meter persegi lahan bangunan di Indonesia dengan potensi pengurangan sebesar 41.639,46 ton CO₂ yang setara dengan penanaman 688.510 bibit pohon. Rangkaian lokakarya akan diselenggarakan secara virtual selama 12 bulan ke depan, dengan lokakarya pertama akan diadakan pada bulan September. 

Tentang IFC
IFC—anggota Kelompok Bank Dunia—merupakan lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Kami bekerja di lebih dari 100 negara, dengan memanfaatkan modal, keahlian, dan pengaruh kami untuk menciptakan pasar dan peluang di negara berkembang. Pada tahun fiskal 2020, kami menginvestasikan US$22 miliar pada perusahaan swasta dan lembaga keuangan di negara berkembang, memanfaatkan kekuatan sektor swasta untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org.

Tetap Terhubung
www.ifc.org/eastasia
www.twitter.com/IFC_EAP
www.youtube.com/IFCvideocasts
www.ifc.org/SocialMediaIndex
www.instagram.com\ifc_org
www.facebook.com/IFCeap
www.facebook.com/IFCwbg

Tentang IAI Daerah Istimewa Yogyakarta dan IAI Jawa Tengah
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) merupakan asosiasi terkemuka di Indonesia yang telah berdiri selama lebih dari 40 tahun dan memiliki reputasi yang baik di kalangan pekerja profesional pembangunan. Sebagai asosiasi arsitek, anggota IAI terdiri dari arsitek profesional, mulai dari mereka yang baru lulus sampai para ahli arsitektur. Secara total, IAI Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki lebih dari 1.800 arsitek sebagai anggotanya. Untuk informasi lebih lanjut tentang IAI Yogyakarta, kunjungi https://iai-diy.com/ dan untuk IAI Jawa Tengah https://iai-jateng.org/

Contacts

Karlis Salna
Sydney
+61 (0) 415 090 767
Nara Pernama
Jakarta
+62 (0) 878 8525 2508