Jakarta, 16 Desember 2019 —IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, menyediakan fasilitas pinjaman sebesar 150 juta dolar AS dengan tenor empat tahun kepada PT Bank BTPN Tbk. Dana yang diperoleh dari fasilitas ini akan digunakan oleh Bank BTPN untuk meningkatkan pembiayaan hijau ( green financing ) dan pinjaman kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berfokus pada dua bidang – memperkecil kesenjangan pembiayaan melalui pendanaan jaringan rantai pasok (Supply Chain Financing) dan mendorong pembiayaan pada pengusaha UMKM wanita.
UMKM berperan sentral dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyerap 89 persen tenaga kerja di sektor swasta serta berkontribusi terhadap 60 persen Produk Domestic Bruto. Walau demikian, sekitar 51 persen dari UMKM memiliki keterbatasan akses, bahkan tidak memiliki akses ke pembiayaan. Kesenjangan pembiayaan ini diperkirakan mencapai 166 miliar dollar AS per tahunnya. Bagian penting dari UMKM, yaitu usaha yang dimiliki wanita, termasuk segmen yang mengalami kekurangan pembiayaan. Berdasarkan kajian IFC tentang Kesenjangan Pembiayaan UMKM ( MSME Financing Gap Study, 2017 ), UMKM yang dimiliki wanita di Indonesia mengalami kekurangan pembiayaan sekitar 21,2 milyar dolar AS.
Pertumbuhan Indonesia dalam beberapa dekade terakhir telah menghasilkan tingkat karbon yang tinggi dan menjadikan Indonesia, sebagai negara kepulauan, rawan terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, Pembiayaan Hijau sangat penting bagi Indonesia untuk mencapai target pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen hingga tahun 2030. Terkait hal ini, IFC memperkirakan bahwa Indonesia memiliki potensi Pembiayaan Hijau dengan nilai sekitar 274 miliar dolar AS antara tahun 2016 hingga tahun 2030.
Dengan keahlian global dalam pembiayaan yang berwawasan lingkungan dan Pembiayaan Rantai Pasok, IFC akan membantu Bank BTPN untuk membangun kapasitasnya dalam Pembiayaan Hijau – yang pertama bagi bank ini, menyiapkannya untuk mengukur penurunan emisi gas rumah kaca serta memberi dukungan untuk mengembangkan bisnis Bank BTPN dalam Pembiayaan Rantai Pasok. “Pembiayaan Hijau dan Pembiayaan Rantai Pasok di Indonesia saat ini masih berada pada tahap awal pengembangan. Dengan visi untuk membawa perubahan bagi kehidupan jutaan orang, kami merasa senang dapat bermitra dengan lembaga keuangan multilateral yang kuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan dan mengurangi kesenjangan permintaan Pembiayaan Hijau dan Pembiayaan Rantai Pasok,” ungkap Ongki Wanadjati Dana, Direktur Utama Bank BTPN.
IFC telah bermitra dengan Bank BTPN sejak tahun 2009 untuk memperluas inklusi keuangan di Indonesia. Dengan proyek ini, Bank BTPN diharapkan dapat meningkatkan nilai penyaluran kreditnya kepada UMKM yang dimiliki oleh wanita serta penyaluran kredit kepada nasabah wanita.
“Investasi ini ditargetkan untuk membantu UMKM yang dimiliki oleh wanita dengan menggunakan dua pendekatan, yakni Pembiayaan Rantai Pasok dan Pembiayaan Hijau untuk menciptakan dampak pembangunan dan mendorong pertumbuhan usaha-usaha berskala kecil. Fasilitas ini akan juga menunjukkan bahwa proyek Hijau layak untuk dibiayai, menggarisbawahi pentingnya penerapan standar dan best practice bagi institusi keuangan lainnya. Selain itu, fasilitas ini juga akan mendukung upaya pemerintah untuk menjadikan Pembiayaan Iklim ( climate finance) sebagai kelas aset yang utama,” jelas Azam Khan, Country Manager IFC untuk Indonesia, Malaysia, dan Timor Leste.
Mendukung pembangunan yang berkelanjutan melalui Pembiayaan Hijau dan menurunkan kemiskinan melalui inklusi keuangan adalah salah satu prioritas utama IFC di Indonesia. Sejak 2005, IFC telah menyediakan pembiayaan jangka panjang untuk proyek-proyek iklim senilai lebih dari 24 miliar dolar AS disamping mobilisasi inti senilai hampir 19 miliar dolar AS. Pada tahun fiskal 2019, IFC telah berinvestasi pada 93 proyek terkait iklim, membantu mencegah timbulnya emisi karbon dioksida dengan jumlah yang setara dengan 15,5 juta ton.
Tentang IFC
IFC—organisasi saudara dari Bank Dunia dan anggota Kelompok Bank Dunia—adalah lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Kami bekerja dengan lebih dari 2.000 institusi bisnis di seluruh dunia, menggunakan modal, keahlian, dan pengaruh kami untuk menciptakan pasar dan peluang di area-area tersulit di dunia. Dalam tahun fiskal 2019, kami menyalurkan lebih dari 19 miliar dolar Amerika Serikat dalam bentuk pembiayaan jangka panjang untuk negara-negara berkembang, memanfaatkan kekuatan sektor swasta untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ifc.org
Stay Connected